Kamis, 13 Januari 2011

PERBEDAAN KLASIFIKASI TANAH

PERBEDAAN KLASIFIKASI TANAH

USDA FAO/UNESCO PUSAT PENELITIAN TANAH BOGOR
Struktur:
Terdiri dari 6 kategori
1. Ordo
Terdiri dari 11 takson,dengan faktor pembeda ada tidaknya jenis horison penciri.
Kategori diberi akhiran SOL misal Entisol (ENT) arti:dari recent/baru
2. Sub Ordo
Terdiri dari 53 takson dengan faktor pembeda keseragaman genetik. Terdiri dari 2 suku kata,pertama untuk sifat sub ordo,kedua untuk nama ordo. Misal: Aquent (aqua=air),(ent=entisol) arti:tanah baru selalu basah
3. Great Group
Terdiri dari 250 takson dengan faktor pembeda kasamaan jenis, tingakat perkembangan susunan horizon, kejenuhan basa, kelembaban dan suhu tanah. Contoh: Cryaquent(kryos=dingin) (aquent=entisol selalu basah)
4. Sub Group
Taksa terus bertambah dengan faktor pembeda sifat-sifat inti dari Great Group. Contoh: aquic hapludult (aquult=banyak karatan pada kedalaman 25 cm)
5. Famili
Jumlah takson masih terus berkembang dengan faktor pembeda. sifat-sifat tanah yang penting untuk pertanian. Contoh:Xeric Haplohumult
6. Seri
Dalam penamaan diambil dari nama tempat atau sifat alam.
Contoh: Sitiung (pertama kali ditemukan di daerah sitiung).

Stuktur:
Terdiri dari 2 kategori
1. Great Group (setara USDA)
Nama tanah dan asal kata,contoh: fluvisol(fluvius) asal kata: sungai,alluvial sungai.
2. Subgroup
Terdiri dari 2 kata, kata kedua menunjukkan nama great group, kata pertama menunjukkan sifat utama dari subgroup. Contoh: Calcaric Fluvisol (calcarik:berkapur, fluvisol:sungai,aluvial) artinya alluvial yang berkapur. Sruktur:
Terdiri dari 6 kategori:
1. Golongan (ordo)
Kriterianya: Perkembangan Profil tanah, meliputi dua satuan lebar : tanpa dan dengan perkembangan.
Contoh: Tanpa perkembangan
2. Kumpulan (Subordo)
Kriterianya susunan horizon utama meliputi O,A,B,Ca, dan G.
Contoh:
C- bahan organic
3. Jenis (Great soil group)
Kriterianya horizon penciri dan gejala pengikut. Pencirinya untuk atuan lebar tanpa perkembangan, tebal profil,kukuh dan tekstur.
Contoh: tebal 50 cm pasir (regosol). Dengan pengembangan:
Al prominen; fragmen/ kokresi kapur; basa tinggi. Contoh : B2 Latosol (LATOSOL)
4. Macam (subgroup)
Kriterianya kombinasi dari warna horizon, horizon tambahan, dan horizon peralihan antar horizon utama.
Contoh: Regosol Kelabu, regosol kelabu coklat.
5. Rupa (Famili)
Kriterianya: sifat fisik umum horizon utama atau lapisan 50 cm dalamnya. Tekstur 5 klas; drainase 3 klas.
Contoh : Regosol kelabu tua bertekstur sedang, berdrainase baik.
6. Seri
Kriterianya: sifat fisik khusus horizon utama atau lapisan 50 cm dalamnya. Tekstur 12 klas; drainase 7 klas.
Contoh : Regosol kelabu bertekstur lempung berpasir, drainase baik.

Merupakan system multi kategori Merupakan system kompromi dari berbagai sistem Merupakan system multi kategori
Pengklasifikasian berdasarkan horizon penciri dengan sifat-sifat dan fungsi tanah. Disertai pembagian kategori terperinci Pengklasifikasian menggunakan horison-horison penciri yang sebagian diambil dari horizon penciri USDA. Tidak disertai pembagian kategori yang terperinci. Pengklasifikasian didasarkan pada sifat morfologi tanah, dilakukan pada tingkat kategori yang berbeda, dikaitkan dengan kegunaannya untuk survai tanah. Pembagian kategori terperinci.
Tata nama disusun menggunakan kata Yunani atau Latin Nama tanah diambil dari nama-nama tanah klasik yang sudah terkenal dari Rusia, Eropa Barat, Kanada, Amerika Serikat, Nama diambil dari bahasa Indonesia dan beberapa nama baru mirip dengan penamaan oleh FAO/UNESCO


PERSAMAAN KLASIFIKASI TANAH USDA, FAO/UNESCO DAN PUSAT PENELITIAN TANAH BOGOR

1. Memungkinkan adanya modifikasi karena ada penemuan baru dengan tidak merusak sistemnya sendiri.
2. Sifat pembeda yang dikemukakan sama-sama berdasarkan kriteria horison penciri yang terbentuk sebagai hasil dari proses pembentukan tanah atau sifat yang mempengaruhi pembentukan tanah.
3. Tata nama informatif dalam arti menunjukkan sifat-sifat tanah masing-masing kategori.
4. Digunakan dalam survey tanah
5. Seluruh klasifikasi tanah sama – sama bertujuan untuk :
a. Mengorganisasi atau meneta pengetahuan tentang tanah
b. Mengetahui hubungan masing-masing individu tanah
c. Memudahkan mengingat sifat-sifat tanah
d. Mempermudah dalam menaksir sifat dan produktifitas, menentukan lahan terbaik, menentukan areal-areal penelitian dan kemungkinan eksploitasi hasil penelitian.
e. Mempelajari hubungan – hubungan dan sifat – sifat tanah baru.
Kebiasaan Baik untuk Menjaga Kesehatan Jantung

AN Uyung Pramudiarja - detikHealth


img
foto: Thinkstock
New York, Untuk bisa mendapatkan umur panjang, jantung adalah salah satu organ yang mutlak harus dijaga kesehatannya. Gangguan jantung bisa sangat mematikan, oleh karena itu pencegahan menjadi langkah paling bijak untuk menghindari kematian mendadak akibat serangan jantung.

Holly Andersen, peneliti dari Ronald O Perelman Heart Institute di New York menjelaskan beberapa kebiasaan baik yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar jantung terjaga kesehatannya. Mulai dari hal sepele seperti berjalan kaki hingga mengetahui angka-angka vital.

Dikutip dari Indiavision, Kamis (13/1/2011), berikut ini kebiasaan-kebiasaan baik yang dimaksud.

1. Ketahui angka-angka vital
Sebelum ada masalah dengan jantung, ada baiknya untuk mengetahui angka-angka penting yang merupakan indikator kesehatan jantung. Di antaranya adalah tekanan darah, denyut nadi, kadar lemak total, kolesterol dan trigliserida.

2. Berjalan kaki
Kesibukan dan aktivitas yang selalu padat jangan dijadikan alasan untuk tidak pernah berolahraga. Sesekali tinggalkan kendaraan pribadi lalu berjalan kaki menuju halte terdekat untuk naik angkutan umum ke kantor. Cukup dengan berjalan kaki selama 20-30 menit sehari, risiko kematian dini akibat serangan jantung bisa dikurangi hingga 50 persen.

3. Tertawa sesering mungkin
Kalaupun untuk sekedar berjalan kaki saja masih sulit untuk meluangkan waktu, cobalah untuk lebih sering tertawa. Bicara soal pembakaran kalori, tertawa terbahak-bahak selama 15 menit bisa disetarakan dengan aerobik selama 30 menit. Tertawa juga menekan pelepasan hormon stres kortisol, sehingga tekanan darah lebih terkendali.

4. Perhatikan lingkar pinggang
Kesalahan yang sering terjadi adalah orang terlalu mengkhawatirkan berat badan, padahal faktor risiko sindrom metabolik dan berbagai masalah jantung justru lebih banyak berhubungan dengan lingkar pinggang. Obesitas sentral atau perut buncit menandakan perlemakan hati yang menyebabkan kadar kolesterol sulit dikontrol.

5. Tidur yang cukup
Bergadang hingga larut malam tidak hanya membuat tubuh cepat merasa letih keesokan harinya. Kurang tidur juga bisa meningkatkan stres dan tekanan darah sehingga bisa memberikan dampak buruk bagi kesehatan jantung. Kelihatannya sepele tapi istirahat yang cukup merupakan syarat penting yang harus dipenuhi jika ingin berumur panjang.


(up/ir)

Sumber : www.DetikHealth.com
Benarkah Nanas Bikin Organ Intim Perempuan Tak Nyaman?

Merry Wahyuningsih - detikHealth


img
(Foto: thinkstock)
Jakarta, Nanas merupakan buah yang banyak bermanfaat untuk kesehatan. Sayangnya, buah tropis ini sering dijauhi perempuan karena kerap dianggap dapat membuat organ intim tidak nyaman alias keputihan. Benarkah demikian?

Buah nanas banyak dikonsumsi oleh masyarakat baik sebagai buah asli, jus atau bisa juga dicampurkan dalam salad buah, asinan dan rujak. Nanas merupakan salah satu buah tropis yang bisa memberikan efek segar bagi yang mengonsumsinya.

Banyak orang yang percaya mitos bahwa buah nanas bisa menyebabkan keputihan pada perempuan. Tapi sebenarnya secara ilmiah, belum ada penelitian yang dapat membuktikan hal tersebut.

"Banyak yang mengatakan jika sedang keputihan hindari makanan yang dapat merangsang lendir seperti nanas, ketimun, telur dan udang. Tapi ini tidak pernah terbukti secara ilmiah," jelas dr Susie Rendra, SpKK, dokter spesialis kulit dan kelamin Rumah Sakit Puri Indah, pada konsultasi kesehatan detikHealth.

Menurut dr Susie, penyebab keputihan bisa bermacam-macam. Penyebab keputihan pada seorang perempuan yang pernah melakukan hubungan seksual biasanya berbeda dengan penyebab keputihan pada seorang perawan.

Penyebab yang mungkin adalah infeksi (bakteri, jamur, parasit, virus), reaksi iritasi atau alergi terhadap kondom atau cairan pembersih vagina, benda asing misalnya spiral KB/IUD atau bahkan tanda awal keganasan (terutama jika disertai perdarahan).

Keputihan merupakan istilah awam yang digunakan untuk kondisi terjadinya pengeluaran atau produksi cairan vagina yang melebihi normal. Cairan vagina dikatakan abnormal jika jumlahnya melebihi biasanya (sampai menimbulkan bercak noda di pakaian dalam), berbau tidak enak (busuk, amis atau asam), konsistensi kental, berwarna kekuningan, kehijauan, kecoklatan, dapat disertai buih, bercak darah atau rasa gatal dan perih.

Dilansir Babycenter, Kamis (13/1/2011), mitos tersebut banyak dipercaya diduga karena sifat nanas yang bisa merangsang kontraksi rahim dan juga karena kandungan air dalam buah yang tinggi.

Padahal nanas memiliki banyak kandungan nutrisi seperti protein, kalori, karbohidrat, vitamin (A, B1, C), zat besi, lemak, kalsium, fosfor, magnesium dan natrium, meski mengandung kadar asam yang tinggi.

Selain itu, nanas juga mengandung enzim proteolitik bromelain yang membantu dalam pencernaan protein dan mencegah pembentukan gumpalan darah. Manfaat lain dari nanas antara lain mengobati radang sendi, antiradang, tekanan darah tinggi, sembelit, bisul, mengangkat sel kulit mati dan radang kulit.



(mer/ir)

www.detikHealth.com

Data Vektor dan Data Raster

B. Data Raster dan Data Vektor
1. Data Raster
Data raster adalah data yang disimpan dalam bentuk kotak segi empat (grid)/sel sehingga terbentuk suatu ruang yang teratur. Foto digital seperti areal fotografi atau foto satelit merupakan bagian dari data raster pada peta. Raster mewakili data grid continue. Nilainya menggunakan gambar berwarna seperti fotografi, yang di tampilkan dengan level merah, hijau, dan biru pada sel. Pada data raster, obyek geografis direpresentasikan sebagai struktur sel grid yang disebut sebagai pixel (picture element). Resolusi (definisi visual) tergantung pada ukuran pixel-nya, semakin kecil ukuran permukaan bumi yang direpresentasikan oleh sel, semakin tinggi resolusinya. Data raster dihasilkan dari sistem penginderaan jauh dan sangat baik untuk merepresentasikan batas-batas yang berubah secara gradual seperti jenis tanah, kelembaban tanah, suhu, dan lain-lain.Peta Raster adalah peta yang diperoleh dari fotografi suatu areal, foto satelit atau foto permukaan bumi yang diperoleh dari komputer. Contoh peta raster yang diambil dari satelit cuaca.


2. Data Vektor
Data vektor adalah data yang direkam dalam bentuk koordinat titik yang menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik, garis atau area (polygon) . Ada tiga tipe data vector (titik, garis, dan polygon) yang bisa digunakan untuk menampilkan informasi pada peta. Titik bisa digunakan sebagai lokasi sebuah kota atau posisi tower radio. Garis bisa digunakan untuk menunjukkan route suatu perjalanan atau menggambarkan boundary. Poligon bisa digunakan untuk menggambarkan sebuah danau atau sebuah Negara pada peta dunia. Dalam format vektor, bumi direpresentasikan sebagai suatu mosaik dari garis (arc/line), poligon (daerah yang dibatasi oleh garis yang berawal dan berakhir pada titik yang sama), titik/ point (node yang mempunyai label), dan nodes (merupakan titik perpotongan antara dua baris). Setiap bagian dari data vector dapat saja mempunyai informasi-informasi yang bersosiasi satu dengan lainnya seperti penggunaan sebuah label untuk menggambarkan informasi pada suatu lokasi. Peta Vektor terdiri dari titik, garis, dan area polygon. Bentuknya dapat berupa peta lokal jalan.




C. Kelebihan dan Kekurangan Data Raster dan Data Vektor

1. Data Raster
Kelebihan Data Raster:
a. Memiliki struktur data yang sederhana
b. Mudah dimanipulasi dengan menggunakan fungsi-fungsi matematis sederhana
c. Teknologi yang digunakan cukup murah dan tidak begitu kompleks sehingga pengguna dapat membuat sendiri program aplikasi yang mengunakan citra raster.
d. Compatible dengan citra-citra satelit penginderaan jauh dan semua image hasil scanning data spasial.
e. Overlay dan kombinasi data raster dengan data inderaja mudah dilakukan
f. Memiliki kemampuan-kemampuan permodelan dan analisis spasial tingkat lanjut
g. Metode untuk mendapatkan citra raster lebih mudah
h. Gambarab permukaan bumi dalam bentuk citra raster yang didapat dari radar atau satelit penginderaan jauh selalu lebih actual dari pada bentuk vektornya
i. Prosedur untuk memperoleh data dalam bentuk raster lebih mudah, sederhana dan murah.
j. Harga system perangkat lunak aplikasinya cenderung lebih murah.
Kekurangan Data Raster :
a. Secara umum memerlukan ruang atau tempat menyimpan (disk) yang besar dalam computer, banyak terjadi redudacy data baik untuk setiap layer-nya maupun secara keseluruhan.
b. Penggunaan sel atau ukuran grid yang lebiih besar untuk menghemat ruang penyimpanan akan menyebabkan kehilangan informasi dan ketelitian.
c. Sebuah citra raster hanya mengandung satu tematik saja sehingga sulit digabungkan dengan atribut-atribut lainnya dalam satu layer.
d. Tampilan atau representasi dan akurasi posisi sangat bergantung pada ukuran pikselnya (resolusi spasial).
e. Sering mengalami kesalahan dalam menggambarkan bentuk dan garis batas suatu objek, sangat bergantung pada resolusi spasial dan toleransi yang diberikan.
f. Transformasi koordinat dan proyeksi lebih sulit dilakukan
g. Sangat sulit untuk merepresentasikan hubungan topologi (juga network).
h. Metode untuk mendapatkan format data vector melalui proses yang lama, cukup melelahkan dan relative mahal.
2. Data Vektor
Kelebihan Data Vektor :
a. Memerlukan ruang atau tempat menyimpan yang lebih sedikit di computer.
b. Satu layer dapat dikaitkan dengan atau mengunakan atribut sehingga dapat menghemat ruang penyimpanan secara keseluruhan.
c. Dengan banyak atribut yang banyak dikandung oleh satu layer, banyak peta tematik lain yang dapat dihasilkan sebagai peta turunannya.
d. Hubungan topologi dan network dapat dilakukan dengan mudah.
e. Memiliki resolusi spasial yang tinggi.
f. Representasi grafis data spasialnya sangat mirip dengan peta garis buatan tangan manusia.
g. Memiliki batas-batas yang teliti, tegas dan jelas sehingga sangat baik untuk pembuatan peta-peta administrasi dan persil tanah milik.
h. Transformasi koordinat dan proyeksi tidak sulit dilakukan.
Kekurangan Data Vektor :
a. Memiliki struktur data yang kompleks.
b. Datanya tidak mudah untuk dimanipulasi.
c. Pengguna tidak mudah berkreasi untuk membuat programnya sendiri untuk memenuhi kebutuhan aplikasinya. Hali ini disebabkan oleh struktur data vector yang lebih kompleks dan prosedur fungsi dan analisisnya memerlukan kemampuan tinggi karena lebih sulit. Pengguna harus membeli system perangkat lunaknya karena teknologinya masih mahal. Prosedurnyapun terkadang lebih sulit.
d. Karena proses keseluruhan untuk mendapatkannya lebih lama, peta vector seringkali mengalami out of date atau kadaluarsa.
e. Memerlukan perangkat keras dan perangkat lunak yang lebih mahal.
f. Overlay beberapa layers vector secara simultan memerlukan waktu yang relative lama.

Sabtu, 08 Januari 2011

Letak

Gunung Tambora (atau Tomboro) adalah sebuah stratovolcano aktif yang terletak di pulau Sumbawa, Indonesia. Gunung ini terletak di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Dompu (sebagian kaki sisi selatan sampai barat laut, dan Kabupaten Bima (bagian lereng sisi selatan hingga barat laut, dan kaki hingga puncak sisi timur hingga utara), Provinsi Nusa Tenggara Barat, tepatnya pada 8°15' LS dan 118° BT. Gunung ini terletak baik di sisi utara dan selatan kerak oseanik. Gunung ini adalah bagian dari busur Sunda, tali dari kepulauan vulkanik yang membentuk rantai selatan kepulauan Indonesia.[7] Tambora membentuk semenanjungnya sendiri di pulau Sumbawa yang disebut semenanjung Sanggar. Di sisi utara semenanjung tersebut, terdapat laut Flores, dan di sebelah selatan terdapat teluk Saleh dengan panjang 86 km dan lebar 36 km. Pada mulut teluk Saleh, terdapat pulau kecil yang disebut Mojo. Dompu dan Bima adalah kota yang letaknya paling dekat dengan gunung ini. Di lereng gunung Tambora, terdapat beberapa desa. Di sebelah timur terdapat desa Sanggar. Di sebelah barat laut, terdapat desa Doro Peti dan desa Pesanggrahan. Di sebelah barat, terdapat desa Calabai.

SEJARAH GEOLOGI

Pembentukan

Tambora terbentang 340 km di sebelah utara sistem palung Jawa dan 180-190 km diatas zona subduksi. Gunung ini terletak baik di sisi utara dan selatan kerak oseanik. Gunung ini memiliki laju konvergensi sebesar 7.8 cm per tahun.[12] Tambora diperkirakan telah berada di bumi sejak 57.000 BP (penanggalan radiokarbon standar).[3] Ketika gunung ini meninggi akibat proses geologi di bawahnya, dapur magma yang besar ikut terbentuk dan sekaligus mengosongkan isi magma. Pulau Mojo pun ikut terbentuk sebagai bagian dari proses geologi ini di mana teluk Saleh pada awalnya merupakan cekungan samudera (sekitar 25.000 BP).[3]

Menurut penyelidikan geologi, kerucut vulkanik yang tinggi sudah terbentuk sebelum letusan tahun 1815 dengan karakteristik yang sama dengan bentuk stratovolcano.[13] Diameter lubang tersebut mencapai 60 km.[7] Lubang utama sering kali memancarkan lava yang mengalir turun secara teratur dengan deras ke lereng yang curam.

Sejak letusan tahun 1815, pada bagian paling bawah terdapat endapan lava dan material piroklastik. Kira-kira 40% dari lapisan diwakili oleh 1-4 m aliran lava tipis.[13] Scoria tipis diproduksi oleh fragmentasi aliran lava. Pada bagian atas, lava ditutup oleh scoria, tuff dan bebatuan piroklastik yang mengalir ke bawah.[13] Pada gunung Tambora, terdapat 20 kawah.[12] Beberapa kawah memiliki nama, misalnya Tahe (877 m), Molo (602 m), Kadiendinae, Kubah (1648 m) dan Doro Api Toi. Kawah tersebut juga memproduksi aliran lava basal.

Sejarah letusan

Dengan menggunakan teknik penanggalan radiokarbon, dinyatakan bahwa gunung Tambora telah meletus tiga kali sebelum letusan tahun 1815, tetapi besarnya letusan tidak diketahui.[14] Perkiraan tanggal letusannya ialah tahun 3910 SM ± 200 tahun, 3050 SM dan 740 ± 150 tahun. Ketiga letusan tersebut memiliki karakteristik letusan yang sama. Masing-masing letusan memiliki letusan di lubang utama, tetapi terdapat pengecualian untuk erupsi ketiga. Pada erupsi ketiga, tidak terdapat aliran piroklastik.

Pada tahun 1812, gunung Tambora menjadi lebih aktif, dengan puncak letusannya terjadi pada bulan April tahun 1815.[14] Besar letusan ini masuk ke dalam skala tujuh Volcanic Explosivity Index (VEI), dengan jumlah semburan tefrit sebesar 1.6 × 1011 meter kubik.[14] Karakteristik letusannya termasuk letusan di lubang utama, aliran piroklastik, korban jiwa, kerusakan tanah dan lahan, tsunami dan runtuhnya kaldera. Letusan ketiga ini mempengaruhi iklim global dalam waktu yang lama. Aktivitas Tambora setelah letusan tersebut baru berhenti pada tanggal 15 Juli 1815.[14] Aktivitas selanjutnya kemudian terjadi pada bulan Agustus tahun 1819 dengan adanya letusan-letusan kecil dengan api dan bunyi gemuruh disertai gempa susulan yang dianggap sebagai bagian dari letusan tahun 1815.[4] Letusan ini masuk dalam skala kedua pada skala VEI. Sekitar tahun 1880 ± 30 tahun, Tambora kembali meletus, tetapi hanya di dalam kaldera.[14] Letusan ini membuat aliran lava kecil dan ekstrusi kubah lava, yang kemudian membentuk kawah baru bernama Doro Api Toi di dalam kaldera.[15]

Gunung Tambora masih berstatus aktif. Kubah lava kecil dan aliran lava masih terjadi pada lantai kaldera pada abad ke-19 dan abad ke-20.[1] Letusan terakhir terjadi pada tahun 1967,[14] yang disertai dengan gempa dan terukur pada skala 0 VEI, yang berarti letusan terjadi tanpa disertai dengan ledakan.

Daerah yang diperkirakan terkena abu letusan Tambora tahun 1815. Daerah merah menunjukan ketebalan abu vulkanik. Abu tersebut mencapai pulau Kalimantan dan Sulawesi (ketebalan 1 cm).

Gunung Tambora mengalami ketidakaktifan selama beberapa abad sebelum tahun 1815, dikenal dengan nama gunung berapi "tidur", yang merupakan hasil dari pendinginan hydrous magma di dalam dapur magma yang tertutup.[7] Didalam dapur magma dalam kedalaman sekitar 1,5-4,5 km, larutan padat dari cairan magma bertekanan tinggi terbentuk pada saat pendinginan dan kristalisasi magma. Tekanan di kamar makma sekitar 4-5 kbar muncul dan temperatur sebesar 700 °C-850 °C.[7]

Pada tahun 1812, kaldera gunung Tambora mulai bergemuruh dan menghasilkan awan hitam.[2] Pada tanggal 5 April 1815, erupsi terjadi, diikuti dengan suara guruh yang terdengar di Makassar, Sulawesi (380 km dari gunung Tambora), Batavia (kini Jakarta) di pulau Jawa (1.260 km dari gunung Tambora), dan Ternate di Maluku (1400 km dari gunung Tambora). Suara guruh ini terdengar sampai ke pulau Sumatera pada tanggal 10-11 April 1815 (lebih dari 2.600 km dari gunung Tambora) yang awalnya dianggap sebagai suara tembakan senapan.[16] Pada pagi hari tanggal 6 April 1815, abu vulkanik mulai jatuh di Jawa Timur dengan suara guruh terdengar sampai tanggal 10 April 1815.

Pada pukul 7:00 malam tanggal 10 April, letusan gunung ini semakin kuat.[2] Tiga lajur api terpancar dan bergabung.[16] Seluruh pegunungan berubah menjadi aliran besar api.[16] Batuan apung dengan diameter 20 cm mulai menghujani pada pukul 8:00 malam, diikuti dengan abu pada pukul 9:00-10:00 malam. Aliran piroklastik panas mengalir turun menuju laut di seluruh sisi semenanjung, memusnahkan desa Tambora. Ledakan besar terdengar sampai sore tanggal 11 April. Abu menyebar sampai Jawa Barat dan Sulawesi Selatan. Bau "nitrat" tercium di Batavia dan hujan besar yang disertai dengan abu tefrit jatuh, akhirnya reda antara tangal 11 dan 17 April 1815.[2]

Letusan pertama terdengar di pulau ini pada sore hari tanggal 5 April, mereka menyadarinya setiap seperempat jam, dan terus berlanjut dengan jarak waktu sampai hari selanjutnya. Suaranya, pada contoh pertama, hampir dianggap suara meriam; sangat banyak sehingga sebuah detasemen tentara bergerak dari Djocjocarta, dengan perkiraan bahwa pos terdekat diserang, dan sepanjang pesisir, perahu-perahu dikirimkan pada dua kesempatan dalam pencarian sebuah kapal yang semestinya berada dalam keadaan darurat.

— Laporan Thomas Stamford Raffles.[16]

Letusan tersebut masuk dalam skala tujuh pada skala Volcanic Explosivity Index.[17] Letusan ini empat kali lebih kuat daripada letusan gunung Krakatau tahun 1883. Diperkirakan 100 km³ piroklastik trakiandesit dikeluarkan, dengan perkiraan massa 1,4×1014 kg.[4] Hal ini meninggalkan kaldera dengan ukuran 6-7 km dan kedalaman 600-700 m.[2] Massa jenis abu yang jatuh di Makassar sebesar 636 kg/m².[18] Sebelum letusan, gunung Tambora memiliki ketinggian kira-kira 4.300 m,[2] salah satu puncak tertinggi di Indonesia. Setelah letusan, tinggi gunung ini hanya setinggi 2.851 m.[19]

Letusan Tambora tahun 1815 adalah letusan terbesar dalam sejarah.[2][4] Letusan gunung ini terdengar sejauh 2.600 km, dan abu jatuh setidaknya sejauh 1.300 km.[2] Kegelapan terlihat sejauh 600 km dari puncak gunung selama lebih dari dua hari. Aliran piroklastik menyebar setidaknya 20 km dari puncak.

DAMPAK LETUSAN

Semua tumbuh-tumbuhan di pulau hancur. Pohon yang tumbang, bercampur dengan abu batu apung masuk ke laut dan membentuk rakit dengan jarak lintas melebihi 5 km .[2] Rakit batu apung lainnya ditemukan di Samudra Hindia, di dekat Kolkata pada tanggal 1 dan 3 Oktober 1815.[4] Awan dengan abu tebal masih menyelimuti puncak pada tanggal 23 April. Ledakan berhenti pada tanggal 15 Juli, walaupun emisi asab masih terlihat pada tanggal 23 Agustus. Api dan gempa susulan dilaporkan terjadi pada bulan Agustus tahun 1819, empat tahun setelah letusan.

Dalam perjalananku menuju bagian barat pulau, aku hampir melewati seluruh Dompo dan banyak bagian dari Bima. Kesengsaraan besar-besaran terhadap penduduk yang berkurang memberikan pukulan hebat terhadap penglihatan. Masih terdapat mayat di jalan dan tanda banyak lainnya telah terkubur: desa hampir sepenuhnya ditinggalkan dan rumah-rumah rubuh, penduduk yang selamat kesulitan mencari makanan.
...
Sejak letusan,
diare menyerang warga di Bima, Dompo, dan Sang’ir, yang menyerang jumlah penduduk yang besar. Diduga penduduk minum air yang terkontaminasi abu, dan kuda juga meninggal, dalam jumlah yang besar untuk masalah yang sama.

—Letnan Philips diperintahkan Sir Stamford Raffles untuk pergi ke Sumbawa.[16]

Tsunami besar menyerang pantai beberapa pulau di Indonesia pada tanggal 10 April, dengan ketinggian di atas 4 m di Sanggar pada pukul 10:00 malam.[2] Tsunami setinggi 1-2 m dilaporkan terjadi di Besuki, Jawa Timur sebelum tengah malam dan tsunami setinggi 2 m terjadi di Maluku.

Tinggi asap letusan mencapai stratosfer, dengan ketinggian lebih dari 43 km.[4] Partikel abu jatuh 1 sampai 2 minggu setelah letusan, tetapi terdapat partikel abu yang tetap berada di atmosfer bumi selama beberapa bulan sampai beberapa tahun pada ketinggian 10-30 km.[2] Angin bujur menyebarkan partikel tersebut di sekeliling dunia, membuat terjadinya fenomena. Matahari terbenam yang berwarna dan senja terlihat di London, Inggris antara tanggal 28 Juni dan 2 Juli 1815 dan 3 September dan 7 Oktober 1815.[2] Pancaran cahaya langit senja muncul berwarna orange atau merah di dekat ufuk langit dan ungu atau merah muda di atas.

Jumlah perkiraan kematian bervariasi, tergantung dari sumber yang ada. Zollinger (1855) memperkirakan 10.000 orang meninggal karena aliran piroklastik. Di pulau Sumbawa, terdapat 38.000 kematian karena kelaparan, dan 10.000 lainnya karena penyakit dan kelaparan di pulau Lombok.[20] Petroeschevsky (1949) memperkirakan sekitar 48.000 dan 44.000 orang terbunuh di Sumbawa dan Lombok.[21] Beberapa pengarang menggunakan figur Petroeschevsky, seperti Stothers (1984), yang menyatakan jumlah kematian sebesar 88.000 jiwa.[2] Tanguy (1998) mengklaim figur Petroeschevsky tidak dapat ditemukan dan berdasarkan referensi yang tidak dapat dilacak.[5] Tanguy merevisi jumlah kematian berdasarkan dua sumber, sumber dari Zollinger, yang menghabiskan beberapa bulan di Sumbawa setelah letusan dan catatan Raffles.[16] Tanguy menunjukan bahwa terdapat banyak korban di Bali dan Jawa Timur karena penyakit dan kelaparan. Diperkirakan 11.000 meninggal karena pengaruh gunung berapi langsung dan 49.000 oleh penyakit epidemi dan kelaparan setelah erupsi.[5] Oppenheimer (2003) menyatakan jumlah kematian lebih dari 71.000 jiwa seperti yang terlihat di tabel dibawah.[4]

Letusan gunung Tambora tahun 1815 mengeluarkan sulfur ke stratosfer, menyebabkan penyimpangan iklim global. Metode berbeda telah memperkirakan banyaknya sulfur yang dikeluarkan selama letusan: metode petrologi, sebuah pengukuran berdasarkan pengamatan anatomi, dan metode konsentrasi sulfat inti es, menggunakan es dari Tanah Hijau dan Antartika. Perkiraan beragam tergantung dari metode, antara 10 Tg S hingga 120 Tg S.[4]

Pada musim semi dan musim panas tahun 1816, sebuah kabut kering terlihat di timur laut Amerika Serikat. Kabut tersebut memerahkan dan mengurangi cahaya matahari, seperti bintik pada matahari yang terlihat dengan mata telanjang. Baik angin atau hujan tidak dapat menghilangkan "kabut" tersebut. "Kabut" tersebut diidentifikasikan sebagai kabut aerosol sulfat stratosfer.[4] Pada musim panas tahun 1816, negara di Belahan Utara menderita karena kondisi cuaca yang berubah, disebut sebagai Tahun tanpa musim panas. Temperatur normal dunia berkurang sekitar 0,4-0,7 °C,[2] cukup untuk menyebabkan permasalahan pertanian di dunia. Pada tanggal 4 Juni 1816, cuaca penuh es dilaporkan di Connecticut, dan dan pada hari berikutnya, hampir seluruh New England digenggam oleh dingin. Pada tanggal 6 Juni 1816, salju turun di Albany, New York, dan Dennysville, Maine.[4] Kondisi serupa muncul untuk setidaknya tiga bulan dan menyebabkan gagal panen di Amerika Utara. Kanada mengalami musim panas yang sangat dingin. Salju setebal 30 cm terhimpun didekat Kota Quebec dari tanggal 6 sampai 10 Juni 1816.

1816 adalah tahun terdingin kedua di Belahan Bumi Utara sejak tahun 1400 Masehi, setelah letusan gunung Huaynaputina di Peru tahun 1600.[17] Tahun 1810-an adalah dekade terdingin dalam rekor sebagai hasil dari letusan Tambora tahun 1815 dan lainnya menduga letusan terjadi antara tahun 1809 dan tahun 1810. Perubahan temperatur permukaan selama musim panas tahun 1816, 1817 dan tahun 1818 sebesar -0,51, -0,44 dan -0,29 °C,[17] dan juga musim panas yang lebih dingin, bagian dari Eropa mengalami badai salju yang lebih deras.

Perubahan iklim disalahkan sebagai penyebab wabah tifus di Eropa Tenggara dan Laut Tengah bagian timur diantara tahun 1816 dan tahun 1819.[4] Banyak ternak meninggal di New England selama musim dingin tahun 1816-1817. Suhu udara yang dingin dan hujan besar menyebabkan gagal panen di Kepulauan Britania. Keluarga-keluarga di Wales mengungsi dan mengemis untuk makanan. Kelaparan merata di Irlandia utara dan barat daya karena gandum, haver dan kentang mengalami gagal panen. Krisis terjadi di Jerman, harga makanan naik dengan tajam. Akibat kenaikan harga yang tidak diketahui menyebabkan terjadinya demonstrasi di depan pasar dan toko roti yang diikuti dengan kerusuhan, pembakaran rumah dan perampokan yang terjadi di banyak kota-kota di Eropa. Ini adalah kelaparan terburuk yang terjadi pada abad ke-19.[4]

Bukti arkeologi

Pada musim panas tahun 2004, tim dari Universitas Rhode Island, Universitas North Carolina di Wilmington, dan direktorat vulkanologi Indonesia, dipimpin oleh Haraldur Sigurdsson, memulai sebuah penggalian arkeologi di gunung Tambora.[6] Setelah enam minggu, tim tersebut menggali bukti adanya kebudayaan yang hilang yang musnah karena letusan gunung Tambora. Situs tersebut terletak 25 km sebelah barat kaldera, di dalam hutam, 5 km dari pantai. Tim tersebut harus melewati endapan batu apung vulkanik dan abu dengan tebal 3 m.

Tim tersebut menggunakan radar penembus tanah untuk mencari lokasi rumah kecil yang terkubur. Mereka menggali kembali rumah dan mereka menemukan sisa dua orang dewasa, dan juga mangkuk perunggu, peralatan besi dan artifak lainnya. Desain dan dekorasi artifak memiliki kesamaan dengan artifak dari Vietnam dan Kamboja.[6] Uji coba dilakukan menggunakan teknik karbonisasi memperjelas bahwa mereka terbentuk dari pensil arang yang dibentuk oleh panas magma. Semua orang, rumah dan kebudayaan dibiarkan seperti saat mereka berada tahun 1815. Sigurdsson menyebut kebudayaan ini sebagai Pompeii dari timur.[24][25] Berdasarkan artifak yang ditemukan, yang mayoritas benda perunggu, tim menyatakan bahwa orang-orang tersebut tidak miskin. Bukti sejarah menunjukan bahwa orang di pulau Sumbawa terkenal di Hindia Timur untuk madu, kuda, kayu sepang (caesalpinia sappan), memproduksi dye merah, dan cendana yang digunakan untuk dupa dan pengobatan.[6] Daerah ini diketahui produktif dalam bidang pertanian.

Penemua arkeologi memperjelas bahwa terdapat kebudayaan yang hancur karena letusan tahun 1815. Sebutan Kerajaan Tambora yang hilang disebut oleh media.[26][27] Dengan penemuan ini, Sigurdsson bermaksud untuk kembali ke Tambora tahun 2007 untuk mencari sisa desa, dan berharap dapat menemukan istana.[6]

Ekosistem

Tim penelitian yang dipimpin oleh ahli botani Swiss, Heinrich Zollinger, tiba di pulau Sumbawa tahun 1847.[28] Misi Zollinger adalah untuk mempelajari letusan dan pengaruhnya terhadap ekosistem lokal. Ia adalah orang pertama yang memanjat ke puncak gunung Tambora setelah letusan gunung tersebut. Gunung tersebut masih tertutup oleh asap. Ketika Zollinger memanjat, kakinya tenggelam beberapa kali melalui kerak permukaan tipis menuju lapisan hangat yang seperti sulfur. Beberapa tumbuh-tumbuhan kembali tumbuh dan beberapa pohon diamati di lereng yang lebih rendah. Hutan Casuarina dicatat pada 2.200-2.550 m.[29] Beberapa Imperata cylindrica juga dapat ditemukan.

Penduduk mulai tinggal di gunung Tambora pada tahun 1907. Penanaman kopi dimulai pada tahun 1930-an di lereng bagian barat laut gunung Tambora, di desa Pekat.[30] Hutan hujan yang disebut Duabangga moluccana telah tumbuh dengan ketinggian 1.000-2.800 m.[30] Penanaman tersebut mencakupi daerah seluas 80.000 hektar (800 km²). Hutan hujan ditemukan oleh tim Belanda, dipimpin oleh Koster dan De Voogd tahun 1933.[30] Mereka memulai perjalanan di "daerah hampir tandus, kering dan panas" dan mereka memasuki "hutam hebat" dengan "raksasa hutan yang besar dan megah". Pada ketinggian 1.100 m, mereka memasuki hutan montane. Pada ketinggian 1.800 m , mereka menemukan Dodonaea viscosa yang didominasi oleh pohon Casuarina. Di puncak, mereka menemukan sedikit Anaphalis viscida dan Wahlenbergia.

56 spesies burung ditemukan tahun 1896, termasuk Crested White-eye.[31] 12 spesies lainnya ditemukan pada tahun 1981. Beberapa penelitian ahli ilmu hewan menemukan spesies burung lainnya di gunung, menghasilkan ditemukannya lebih dari 90 spesies burung. Kakatua-kecil Jambul-kuning, Murai Asia, Tiong Emas, Ayam hutan Hijau dan Perkici Pelangi diburu untuk dijual dan dipelihara oleh penduduk setempat. Gosong berkaki-jingga diburu untuk dimakan. Eksploitasi burung menyebabkan berkurangnya populasi burung. Yellow-crested Cockatoo hampir punah di pulau Sumbawa.[31]

Sejak tahun 1972, perusahaan penebangan komersial telah beroperasi di daerah ini, yang menyebabkan ancaman terhadap hutan hujan. Perusahaan penebangan memegang izin untuk menebang kayu di daerah seluas 20.000 hektar (200 km²), atau 25% dari jumlah luas daerah.[30] Bagian hutan hujan lainnya digunakan untuk berburu. Di antara tanah berburu dan tanah penebangan, terdapat cagar alam, temat rusa, kerbau, babi hutan, kelelawar, rubah terbang, dan berbagai spesies reptil dan burung dapat ditemukan.[30]

Kawasan Gunung Tambora sangat kaya dengan kekayaan flora maupun fauna. Jenis-jenis flora yang paling banyak dijumpai, antara lain: alang-alang (Imperata cylindricca), Dendrocnide stimulans, Duabanga molluccana, Eugenia sp, Ixora sp, edelweiss (Anaphalis viscida), perdu, anggrek, jelatan/daun duri. Jenis-jenis fauna yang banyak dijumpai, antara lain: menjangan/rusa timor (Cervus timorensis), babi hutan (Sus scrofa), kera berekor panjang (Macaca fascicularis), lintah (Hirudo medicinalis), agas.

WISATA

GUNUNG Tambora dengan ketinggian hanya 2.851 mdpl (meter di atas permukaan laut) mampu memikat hati para pendaki dengan pesona alamnya yang sangat unik. Lebar kawah Gunung Tambora tujuh kilometer, keliling kawah 16 kilometer, dan kedalaman kawah dari puncak sampai dasar kawah kedalaman 800 meter, sehingga kawah Gunung Tambora terkenal dengan The Greatest Crater in Indonesia (Kawah Terbesar di Indonesia) akibat dari adanya letusan terdahsyat di dunia terkenal dengan The Largest Volcanic Eruption in History. Selain itu keindahan Gunung Tambora lainnya adalah padang pasir luas di sepanjang bibir kawah yang ditumbuhi bunga Edelweiss kerdil sekitar 0,5 meter sampai 1,5 meter dengan jarak masing-masing berjauhan sekitar dua meter sampai 100 meter. Juga adanya keindahan batuan-batuan berlapis dan pada bagian atasnya datar seperti meja menjadikan fenomena alam yang menakjubkan. Ada pula lapisan batuan sepanjang tebing kawah yang berlapis-lapis.
Yang tak bisa dilewatkan adalah keindahan yang bisa dinikmati di puncak Gunung Tambora, dengan pemandangan kawah, lautan, Pulau Satonda, padang pasir luas yang indah. Gunung Tambora termasuk salah satu gunung yang indah di Indonesia, tentunya dengan fenomena alam yang menakjubkan.
Gunung Tambora secara administratif terletak di Kabupaten Bima, Pulau Sumbawa, dan secara geografis terletak antara: 8o - 25'LS dan 118o - 00' BT dengan ketinggian antara 0-2.851 mdpl, gunung tersebut merupakan gunung tertinggi di Pulau Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kawasan Gunung Tambora terbagi menjadi dua lokasi konservasi yaitu: Tambora Utara Wildlife Reserve dengan luas 80.000 hektar dan Tambora Selatan Hunting Park dengan luas 30.000 hektar.
Tambora Utara Wildlife Reserve dengan ketinggian antara 1.000 sampai 2.281 mdpl sebagai kawasan yang penting karena berfungsi sebagai daerah tangkapan air Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu, dan sangat berpotensial untuk menjadi tempat wisata karena ciri-ciri geologi-nya sangat berbeda dengan kawasan lainnya. Juga sebagai tempat perlindungan satwa (wildlife sanctuary). Tambora Selatan Hunting Park dengan ketinggian antara 500 sampai 2.820 mdpl sebagai kawasan yang dikelola secara khusus untuk daerah berburu. Kawasan Gunung Tambora sangat kaya dengan kekayaan flora maupun fauna.
Mendaki Gunung Tambora (2.722 m dpl) adalah salah satu ‘agenda’ bagi pehobi mendaki gunung Indonesia. Maklum, selain panorama kawahnya yang memikat, gunung ini adalah gunung tertinggi di Pulau Sumbawa. Waktu yang tepat untuk mendaki Tambora adalah bulan Juli dan Agustus, karena biasanya kedua bulan ini bertepatan dengan waktu libur dan, tentu saja, keadaan cuaca yang ramah.

Iklim savana tropis menganugerahkan pemandangan alam yang khas sepanjang perjalanan dari Bima. Perbukitan yang ditumbuhi pepohonan dan semak belukar yang menonjolkan warna kecokelatan atau kekuningan. Hamparan padang rumput luas dengan selingan pohon-pohon keringnya. Serasa di Afrika, begitu kurang lebih penisbahan yang terpikir di benak.
Selepas Kempo (56 km ke arah barat dari Bima), pemandangan bertambah. Dari arah barat, Teluk Saleh menampakkan pesona biru lautnya. Menyegarkan pandangan mata yang selepas kota Bima dicekoki oleh pemandangan daratan.